Mungkinkah Ada Kombinasi Ilmu Agama dan Ilmu Pengetahuan ?

AJARAN MUSLIM - Mungkinkah Ada Kombinasi Ilmu Agama dan Ilmu Pengetahuan ?


     Judul ini mengingatkan Perkataan seorang santri yang ketika itu penulis juga masih seorang santri.
Karena kedudukan yang masih awam dan tak banyak ilmu, maka saat itu hanya termenung saja dan memikirkan perkataannya seperti berikut ini " Mengapa kamu belajar geografi, serius sekali ! mending Kamu baca Al Qur'an Dan di Al Qur'an dah ada semua? "  " Buat apa kau belajar matematika, nanti kau gak ditanya Tuhan tentang Matematika itu ? " Mungkin kalimat di atas adalah kalimat yang sepele yang bisa saja muncul dalam pembicaraan seorang muslim dengan peci,sorban , atau sarung dengan warna serba putih atau seorang muslim yang taat beribadah .
     
     Sebenarnya kalimat di atas , bisa jadi sebuah kesalahan pemahaman yang terjadi di kalangan muslim sendiri . Hal ini terkait dengan dikotomi pemisahan ilmu umum dan ilmu agama . Ilmu umum dianggap kebenaran ilmiah semata tanpa perlu landasan agama , sedangkan ilmu agama juga dianggap suatu kebenaran semata tanpa perlu landasan agama , sedangkan Ilmu agama juga dianggap suatu kebenaran semata tanpa perlu landasan dari ilmu pengetahuan . Ilmu agama dipandang oleh saintis tidak ilmiah, dan saintis dipandang oleh agama tidak harus diikuti karena dianggap bukan wahyu Tuhan . Masing-masing di antara keduanya saling berkompetisi dan menunjukkan kebenarannya tanpa melihat kaitannya dengan yang lain . 
     
     Wacana semua keilmuan di abad 21 diharapkan dapat menjawab semua tantangan perkembangan zaman . kondisi inilah yang seharusnya menjadi salah satu dasar bahwa sepatutnya agama dikembangkan sebagai basic / dasar ilmu pengetahuan, Karena perkembangan ilmu pengetahuan tanpa dibarengi nilai religi akan menyebabkan gap / jurangperbedaan semata seperti hal di atas , Akibatnya ilmu pengetahuan samakin meninggalkan agama dan kemudian mengeksplotasi alam . Konsep ketuhanan pun bergeser, ada anggapan bahwa agama diperlukan hanya untuk orang-orang yang terpinggirkan dari ilmu pengetahuan . Mereka mengklain dengan ilmu pengetahuan sudah cukup diketahui semua hal yang telah terjadi , yang sedang terjadi dan akan terjadi dengan ilmu pengetahuan saja.

     Di sisi lain , Jika dibuka sejarah tokoh-tokoh muslim, maka anggapan ilmu umum tidak penting bahkan tidak perlu dibaca juga bukan hal yang sepenuhnya bisa dibenarkan . Terdapat beberapa tokoh besar dari kalangan muslim yang tidak melupakan ilmu umum bahkan mereka adalah penemu ilmu umum yang pengarhnya besr hingga sekarang .Seperti : Al-Farabi seorang pemikir muslim terkemuka dengan penumuannya logika, ilmu matematika , ilmu alam , teologi dan ilmu politik dan kenegaraan ; Al-batani menemukan sejumlah persamaan trigonometri ;Ibnu Sina terkenal dengan seorang penulis , seorang dokter , dan terkenal dengan ahli pengobatan muslim ; Muhammad bin Musa al Khawarizmi seorang muslim tetapi ahli matematika , astronomi dan geografi dari Persia dan Seterusnya .

Selain dari itu secara praktis, seorang muslim juga menggunakan ilmu umum untuk menjalankan sebagian ibadahnya bahkan muncullah berbagai lembaga disebabkan karena adanya penggabungan antara ilmu umum dan ilmu agama. Tidaklah seorang muslim bisa membagi warisan jika dia tidak memilki ilmu hitung yang baik dan benar, tidaklah seorang muslim juga bisa menghitung membayar zakat mal dan fitrah jika kemampuan ilmu hitungnya lemah kemudian muncullah BAZIS atau LAZIS, tidaklah seorang muslim mengetahui kapan gerhana, kapan shalat, kapan ramadhan dan lain jika tanpa ilmu astronomi islam sehingga muncullah CASA, BADAN HISAB DAN RUKYAT dst. Bahkan dia tidak bisa menghitung BPJS/ jual beli/laba rugi jika dia tidak tahu ilmu huitung sama sekali. Dalam hal ini tentulah juga ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi. 

     Sehingga jelas bahwa sesungguhnya ilmu umum haruslah dilandasi ilmu agama, dan ilmu agama sendiri haruslah menerima bahwa keberadaan ilmu umum diperlukan manusia. Universitas-universitas Islam di Indonesia telah memadukkan antara ilmu umum dan illmu agama sehingga muncul seperti Ilmu Astronomi Islam, Psikologi Islam, Pendidikan Islam, Psikologi Pendidikan Islam, Psikologi Hukum Keluarga Islam, Sosiologi dan Antropologi Hukum Islam, Sejarah Sosial Pemikiran Islam, Islam dan HAM, Ilmu Akutansi Syariah, Ilmu Ekonomi Islam, Hukum Ekonomi Islam, Perbankan Syariah dan lain-lain. Walaupun perpaduan ini bukanlah tanpa kekurangan, namun patut untuk dievaluasi bersama bahwa inilah bukti bahwa agama harus mampu menjawab tantangan perkembangan tekonologi dan perubahan sosial. Agama juga harus sebagai “rahmatan lil alamin fi kullli makan wa zaman” bukan hanya sekedar slogan semata. 

     Hal ini dimaksudkan seorang ahli agama juga bisa mengikuti perkembangan teknologi dengan arif, bijaksana dan salah satu agen pengontrol sosial agar manusia tidak lupa dengan Tuhan di saat ilmu pengetahuan dianggap mengetahui banyak hal atau “Tuhan yang baru” disebagian kalangan umat. 
     
loading...
Blogger
Disqus

No comments

Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
close