Merenung, syarat primer pesuluk ruhani ?
Ajaran Muslim– merenung, kondisi utama pesuluk ruhani
Pada kajian tasawuf, tahapan perjalanan ruhani adalah bagian terpenting untuk diketahui. Catatan sejarah para sufi mencerminkan majemuk bahasa bahkan pandangan yg mengekspresikan hakikat bepergian maknawi ini. Di antara kondisi pertama serta primer untuk berjuang melawan diri serta berjalan menuju allah adalah ‘tafakkur’ atau yg awam dikenal dengan ‘perenungan diri’.Dalam artikel sederhana ini, tafakkur dipergunakan dalam arti meluangkan saat, berapa pun sedikitnya, buat merenungkan tugas-tugas kita terhadap oleh pencipta serta penguasa kita – yg telah menghadirkan kita ke bumi, yang sudah menganugerahkan kita semua wahana kenikmatan serta kesenangan hidup, yg telah melengkapi kita dengan tubuh yang baik dan pelbagai daya serta indra yang tepat buat beragam tujuan.
Baca Juga : Mengapa ilahi ciptakan segalanya buat berpasang-pasangan?
Seluruh itu menghasilkan nalar manusia terkagum-kagum. Di samping seluruh pemberian dan rahmat tadi, dia pula sudah mengutus begitu banyak nabi serta menurunkan kitab kudus-nya buat membimbing serta mengajak kita agar bisa memperoleh rahmat-nya. Maka, apa kira-kira kewajiban kita teradap allah, raja berasal segala raja ini?
Apakah seluruh ini dianugerahkan kepada kita sekedar buat melayani kehidupan hewani kita serta memuaskan nafsu serta naluri kita – yg jua dimiliki oleh semua binatang lain -ataukah terdapat tujuan yg lebih tinggi?
Apakah seluruh nabi allah, orang-orang arif, para pemikir, dan orang-orang berilmu berasal setiap bangsa yang telah mengajak manusia buat mematuhi prinsip-prinsip rasional dan aturan-hukum allah, dan meminta insan buat meninggalkan seluruh kesamaan hewaninya dan melepaskan diri dari lingkungan yg fana dan musnah ini merupakan musuh-musuh manusia? Ataukah mereka yang tidak mengetahui jalan penyelamatan kita, manusia-insan yg tenggelam dalam aneka nafsu syahwat ini?
Bila kita merenung dengan nalar kita sesaat, kita akan tahu bahwa tujuan berasal semua rahmat dan anugerah yang ditanamkan ke pada diri kita ialah sesutu yg lain, yg lebih unggul dan lebih tinggi daripada yang tampak oleh mata. Dunia ini merupakan tahap perbuatan dan tujuannya adalah daerah eksistensi yg lebih tinggi serta lebih agung.
Keberadaan hewani yang rendah ini bukanlah ialah tujuan itu sendiri. Seorang manusia berakal mesti menilai dirinya sendiri dan merasa sedih atas ketakberdayaan dirinya. Menggunakan rasa kasihan, ia seharusnya mengatakan pada dirinya sendiri.
“wahai diri yg lalai! Kau sudah menyia-nyiakan waktu-saat yg berharga pada hidup singkatmu buat mengejar cita-cita duniawi serta nafsumu. Dan yang bakal kau peroleh hanyalah penyesalan dan rasa kehilangan. Kau wajib meratapi perbuatan-perbuatanmu di masa lalu pada hadapan allah serta memulai perjalanan baru ke tujuan yang sudah digariskan sang-nya; bepergian yg akan membawamu kepada kehidupan yg abadi dan kebahagiaan tak pernah mati.”
“kau tidak boleh menukar kenikmatan-kenikmatan singkat ini, yang bahkan acapkali kali sulit diperoleh, dengan kebahagiaan abadi. Berpikirlah buat sesaat, wahai diri yang lalai! Kau wajib memikirkan keadaan insan semenjak fajar peradaban hingga masa sekarang. Lihat serta bandingkan penderitaan dan siksaan yang mereka terima dengan kenikmatan dan kesenangan yang mereka perolah dan kau akan melihat bahwa penderitaan serta kesakitan mereka selalu melebihi serta menghilangkan kenikmatan serta kesenangan mereka.”
“kenikmatan serta kesenangan bukanlah untuk setiap orang pada kehidupan ini. Orang yg mengajak dan mendorongmu buat mengejar kenikmatan duniawi dan perolehan materiil jelas adalah keliru satu asal kelompok utusan iblis dalam bentuk manusia. Dia selalu mengajak manusia untuk bergabung dengannya pada menyukai kenikmatan-kenikmatan serta menyatakan keyakinannya terhadap jalan ini.”
“pada persimpangan jalan ini, wahai diri, kau harus berhenti buat sesaat dan berpikir apakah utusan iblis itu telah merasa puas serta senang menggunakan keadaannya sendiri; ataukah ini seluruh hanya membagikan bahwa seseorang yang telah terjangkiti sang sifat jelek itu ingin menularkannya kepada orang lain”
Baca Juga :Tingginya derajat orang yg ahli sedekahBaca Juga :Cara nabi menghilangkan najis darah, air kecing bayi dan sperma
“wahai diri! Kau mesti memohon keridhaan allah bagi semua perbuatanmu dan terus mengejar keridhaan-nya. Berdoalah agar seluruh perbuatanmu diridhai sang-nya. Di antara dia dan engkau selalu terdapat sepercik asa. Asa itu akan sebagai nyata pada niat teguhmu buat bertempur melawan iblis dan jiwa rendahmu. Usaha melawan diri ini akan mengantarmu ke taraf yg lebih tinggi dan upayakanlah dengan semua kemampuanmu buat mencapainya melalui usaha yang benar-benar-benar-benar.”
Mirip dinyatakan sang nabi muhammad dalam sebuah hadist, bahwa jihad diri artinya jihad akbar yang lebih unggul dibandingkan dengan jihad berperang di jalan allah. Pada tahap ini, jihad akbar berarti usaha manusia buat mengendalikan semua daya serta kekuataan fisiknya untuk patuh di seluruh perintah allah dan dibersihkan asal seluruh unsur setan serta kekuatannya dalam diri kita.
loading...