Korelasi batin wanita serta pria
AJARAN MUSLIM - Korelasi batin wanita serta pria
Dalam duduk perkara relasi gender, tidak sedikit pendapat yang memandang wanita menjadi kelas lebih rendah asal laki-laki asal sudut pandang agama. Pandangan ‘negatif’ itu bahkan dianggap bersumber berasal ayat al-qur’an, hadis termasuk injil, sedemikian sebagai akibatnya kepercayaan , khususnya islam, diskriminatif terhadap perempuan
“perempuan selalu menjadi teman agama, tetapi biasanya agama bukan teman bagi perempuan .” (moriz winternitz)
Belum lagi sejumlah perkara yg terjadi di dunia islam telah mendukung keyakinan para pengkritik dan memperkuat kesan bahwa perempuan – khususnya dalam grup islam garis keras – merupakan gerombolan tertindas tanpa hak. Kajian mengenai peran wanita selama perang pembebasan turki awal 1920-an atau partisipasi aktif wanita pada gerakan kemerdekaan india dan usaha pakistan 1940-an, merupakan beberapa model yang menunjukkan hal kebalikannya.
- Di dunia tasawuf, kalangan sufi menyebut maskulin, atau aspek ‘jalal’ (keagungan) artinya aspek ‘yg’ serta kecintaan, kecantikan, sifat feminin, atau aspek ‘jamal’ (keindahan) merupakan aspek ‘yin’. Menggunakan penyatuan ke 2 prinsip inilah – yin dan yg – kehidupan terus ada.
- “kehidupan tidak mungkin terdapat tanpa ‘systole’ dan ‘diastole’ detak jantung, tanpa menghirup dan menghembuskan, atau kerja listrik tanpa dua kutub,” istilah pengkaji tasawuf islam, annemarie schimmel.
Baca Juga : Apa Itu Cinta ?
Dahulu, lanjut schimmel, kaum sufi menafsirkan perintah yang kuasa dalam penciptaan menggunakan ‘kun’ (jadilah!) – dalam bahasa arab terdiri asal dua huruf – dengan menunjuk pada “benang dua rona” yg menyelubungi, mirip sehalai kain, kesatuan dasar wujud dewa.
Maulana jalaluddin rumi secara spesifik mendeskripsikan keadaan saling menghipnotis yang kontinu antara dua aspek kehidupan itu melalui prosanya yang populer ‘fihi ma fihi’ serta menyebut-nyebut hal itu pada begitu banyak versi lirisnya, diwan serta matsnawi.
“serta bukankah interpretasi mistis berasal huruf pertama abjad arab, yg ramping serta tegak, alif, menggunakan nilai numerik satu, sebagai manifestasi pertama keesaan ilahi; serta huruf ke 2, artinya permulaan penciptaan alam semesta? Karena alfabet pertama al-qur’an adalah ‘ba’ pada istilah bismillah, “menggunakan nama allah”.
Dengan adanya kecenderungan umum dalam islam buat mengorganisasikan segala sesuatu ke dalam dua gerombolan dan melihat segala penciptaan sesuai kedua aspek ini, bagaimana mungkin sisi-sisi maskulin dan feminim dalam kehidupan tidak disebut sama-sama penting?
“sebab tanpa kerja keduanya, tidak akan terdapat kehidupan baru pada muka bumi.”
Di sisi lain, semua kosmos dari asal dewa, maka ilahi mencintai alam semesta. Tujuan penciptaan selalu didasarkan di ekuilibrium serta kesatuan baik dalam alam lahiriah maupun batiniah. Esensi kehidupan manusia baik perempuan atau laki-laki artinya buat sebagai insan kamil, yaitu manusia yang dapat menyatukan sisi ilahiah jamal (keindahan/kualitas feminin) dan jalal (keagungan/kualitas maskulin) menjadi kamal (tepat).
Meskipun menarik diteliti lebih lanjut, Jika digali lebih pada tentunya membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Lepas dari aspek tasawuf ini, berdasarkan schimmmel, untuk mengoreksi kesalapahaman umum wacana kiprah wanita dalam islam, sebenarnya relatif menggunakan melihat bagaimana ucapan-ucapan dalam al-qur’an muslimun wa muslimat, mu’minun wa mu’minat diletakkan sejajar yaitu muslim pria serta perempuan , kaum beriman laki-laki dan wanita. Perempuan mempunyai kewajiban keagamaan yang sama seperti pria (menggunakan dispensasi bahwa mereka tidak bisa melaksanakan kewajiban ini pada keadaan tidak kudus).
Toh, tidak shalat atau puasa wajib - wanita balig sebab alasan fikih jua bagian dari melaksanakan kewajiban keagamaan.
Kedudukan tinggi perempuan , terlihat di istri pertama rasul, khadijah – “ibu kaum mukminin” – dalam perkembangan spiritualnya, merupakan hal yang sangat konkret. Dengan kasih sayang serta pengertiannya, khadijah memberi rasul kekuatan dalam menghadapi pengalaman yg menegangkan dan mengguncang hatinya yg paling dalam ketika mendapatkan wahyu pertama yang diturunkan kepadanya, karena beliau percaya akan kerasulan suaminya.
Kemudian putrinya khadijah menggunakan rasul saw yaitu fatimah az-zahra, yg terkenal menjadi perantara atau pada terminologi mistik menjadi umm abiha, “ibu bagi ayahnya”,” istilah fenomenolog agama asal jerman ini.
Rasul saw menyatakan bahwa “nirwana berada pada bawah telapak kaki mak ”. Lalu, rumi melihat “ibu”pada setiap daerah. Secara awam segala sesuatu pada kosmos adalah ibarat seseorang mak , melahirkan sesuatu yang lebih tinggi berasal pada dirinya. Apakah itu batu barah yg “melahirkan” percikan, yang lalu membuat barah bila ditempatkan pada pengantar panas yang baik, atau bumi yg disuburkan sang awan, membuat tumbuh-tumbuhan menjadi akibat hieros gamos, perkawinan suci. Sedemikian sehingga rumi manggambarkan perempuan , dalam buku pertama matsnawi, menjadi seorang yg pantas dianggap menjadi “pencipta”.
Dalil relasi gender yang sering kali disalahartikan artinya, “istri-istrimu artinya pakaianmu, serta kamu adalah pakaian mereka,” (al baqarah: 188)
Jika kita membuka pulang pemikiran religious antik, pakaian diibaratkan sebagai “keakuan yang lain” (alter-ego). Pakaian bisa berfungsi sebagai pengganti buat seorang, dan dengan pakaian baru seseorang seolah menerima kepribadian baru.
“lebih jauh, pakaian menyembunyikan tubuh, menutupi pandangan terhadap bagian-bagian yg bersifat langsung, dan melindungi pemakainya,” kata schimmel
Berdasarkan interpretasi ini, suami-istri berbicara satu sama lain pada alter-ego mereka, serta setiap diri melindungi kehormatan pasangannya. Hal ini memperlihatkan betapa baiknya prinsip ‘yin-yang’ berlaku pada hubungan perkawinan yg berarti, “korelasi suami-istri merupakan setara dalam kebersamaan mereka yang sempurna.”
loading...